Desa Entrepreneur sebagai Solusi TKI dan Pengangguran

Desa Entrepreneur sebagai Solusi TKI dan Pengangguran
Ada seorang pemuda, saat itu ia berada dalam kondisi sebagai pengangguran dan belum mendapatkan pekerjaan pengganti terhitung sejak sekitar sebulan yang lalu setelah ia di PHK dari perusahaan tempat ia bekerja, yah lumayan walau gajinya tidak begitu besar namun cukuplah untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Lalu suatu hari datang sesosok orang desa dengan penampilan lusuh, bajunya bermotif batik, sudah pudar warnanyan dan permukaannya kusut, mungkin baju tersebut tak pernah bertemu permukaan setrika seumur hidupnya, sementara dikepalanya bertengger kopiah hitam khas pak Lurah  dalam cerita Pass Mantab di Trans 7, hanya saja ia kelihatan lebih tua dan lusuh. 

Tiba-tiba pria setengah baya tersebut menghampiri pemuda tadi, semakin dekat semakin jelas tampak senyum keriput dari wajah orang tua tersebut. Orang tua tersebut duduk sebentar disamping si pemuda, beberapa saat kemudian mulai terucap beberapa pertanyaan dari bibirnya “Mau nggak tinggal didesa tempat saya tinggal? Ngurusin sapi, sawah, kebun, atau mencari kayu bakar hutan, Insya Allah hasilnya lumayan daripada kamu disini jadi pengangguran”.

Saat itu pemuda tersebut tidak yakin bahwasannya ia akan memperoleh kesejahteraan, atau kehidupan yang layak jika ia memilih tawaran bapak tua tadi, wong orang tua tersebut yang katanya pemilik semua yang ia ceritakan saja kok hidupnya malah kayak gembel cari makan di tong sampah.

Kembali orang tua tadi bertanya karena si pemuda tak kunjung menjawab pertanyaannya. “Bagaimana, mau tidak? Kalau tidak mau juga tidak apa-apa.
Si pemuda hanya bisa nyengir, belum ada kata-kata yang sopan untuk menolak tawaran bapak tua tadi.

***
Seperti itulah realita yang terjadi di Indonesia, bangsa yang dulunya dibanggakan oleh segenap bangsa didunia, yang dipuja karena keindahan dan kekayaannya, bahkan seorang tokoh mengatakan bahwasannya Indonesia diciptakan tatkala Tuhan sedang tersenyum karena melihat maha luarbiasanya Indonesia. Alam yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke, potensi alam yang luarbiasa berlimpah, kondisi iklim yang potensial, serta corak dan aneka budaya yang ikut melengkapi kekayaan budaya di Indonesia.

Sayangnya ketika Indonesia telah dikenal sebagai negara Agraris karena kekayaan alamnya yang luarbiasa kini harus berpindah haluan. Banyaknya stigma yang bermunculan bahwasannya hidup sebagai negara Agraris tidak bergengsi jika dibanding dengan negara Industri yang dianggap selangkah lebih maju.

Cuplikan cerita diatas adalah sedikit gambaran tentang realita kehidupan masyarakat kita. Alangkah gengsinya mereka ketika ditawarkan hidup di desa serta mencari kehidupan layaknya orang desa. Mereka beranggapan bahwasannya hidup di desa merupakan suatu penderitaan dan jauh dari kesejahteraan. Mereka beranggapan seperti ini merupakan sesuatu yang wajar dan sah-sah saja, namun apakah selamanya kita terus beranggapan demikian? Tentu saja tidak. Indonesia butuh inovasi untuk membuang jauh-jauh anggapan tersebut.

Ada banyak faktor yang menyebabkan munculnya stigma seperti yang saya sebutkan diatas, dan faktor utamanya adalah lambannya pembangunan yang dilakukan Pemerintah terhadap wilayah pedesaan dan lebih terfokus pada pembangunan di wilayah perkotaan. Disamping itu minimnya modal untuk pembangunan juga tidak kalah penting yang menjadi penghambat, buruknya akses infrastruktur dari dan menuju desa – kota juga menyebabkan terhambatnya jalur perekonomian yang menyebabkan desa tidak bisa berkompetisi searah dengan kota. Hal inilah yang menyebabkan banyak masyarakat desa melakukan Urbanisasi yaitu perpindahan dari desa ke kota sebab mereka mencari penghidupan yang layak, dan semua itu merupakan sesuatu yang wajar. Permasalahannya adalah adakah upaya dari kita semua untuk merubah stigma ini yang membuat masyarakat desa menjadi bangga untuk hidup di desa? Atau paling tidak mereka bisa mencapai kesejahteraan didesa mereka sendiri tanpa harus hijrah ke tempat lain apalagi keluar negeri menjadi TKI.

KENAPA HARUS TKI?
TKI atau dikenal dengan singkatan Tenaga Kerja Indonesia atau juga BMI yaitu Buruh Migran Indonesia. Siapa yang tidak kenal dengan istilah tersebut. Jika istilah itu masih asing bagi anda, silahkan anda menonton berita di Televisi, orang indonesia yang menjadi pembantu kemudian ada yang disiksa, di setrika, tidak diberi gaji, bahkan dihukum mati, atau yang menjadi pekerja berat di luar negeri itulah TKI, ya Tenaga Kerja Indonesia atau Buruh Migran Indonesia.

Saya kurang sepakat dengan istilah TKI untuk rakyat kita yang mengadu nasib jika hanya dipekerjakan sebagai pembantu di luar negeri. Kata TKI terlalu mulia untuk mereka jika di luar negeri sana hanya untuk dijadikan pembantu dan disiksa oleh majikan. Lebih tepat saya katakan mereka cukup disebut dengan istilah BBI (Budak-Budak Indonesia), ya memang agak sedikit kasar atau jelek jika kita sebut mereka dengan istilah Budak. Agak miris memang istilah itu untuk mereka yang dianggap pemerintah sebagai penyumbang devisa terbesar bagi bangsa ini. Lalu jika pemerintah menganggap mereka adalah penyumbang devisa terbesar yang mengalahkan Pengusaha-Pengusaha kita yang telah sukses, dimana letak kepedulian Pemerintah kita? Apakah bangsa ini tidak malu meraup Devisa dari kerja keras Pembantu-Pembantu tersebut, di Indonesia kita bangga mengatakan Devisa kita bertambah, lalu bangsa-bangsa diluar sana apakah mereka tahu? Justru mereka akan beranggapan bahwasannya negara Indonesia hanyalah sebagai negara penyuplay Pembantu. Apakah kita tidak malu? Saya memberikan istilah itu bukan dengan maksud menghina dan melecehkan saudara kita yang sedang bekerja keras membanting tulang, tapi niat dan tujuan saya hanyalah semata tidak membuat masyarakat kita bangga dengan istilah TKI yang bekerja di luar negeri lalu mereka berbondong-bondong berangkat keluar negeri dengan segala cara walau yang sebenarnya hanyalah menjadi pembantu. Alangkah malunya bangsa ini jika harus di cap oleh dunia sebagai negara penyuplay Pembantu di dunia, tidak adakah cara lain untuk meraup devisa selain dengan menyuplay pembantu? Atau kita bisa menyiapkan hasil-hasil alam untuk diekspor keluar negeri untuk menambah Devisa kita, atau masih banyak cara disamping menyuplay rakyat kita untuk dipermalukan di negeri orang. Bukankah Rasulullah pernah bersabda bahwasannya Sebaik-baik tempat mencari Rizki adalah Negeri Sendiri.

***

GAGASAN WIRAUSAHA UNTUK CALON DAN MANTAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) MENJADI ENTREPRENEUR DESA

Mungkin sebelumnya pembaca akan sedikit bingung, kok tulisan ini agak sedikit menyimpang dari tema yang diangkat dan justru membahas tentang desa dan permasalahannya serta TKI dan permasalahannya, lalu dimana solusinya? Nah tujuan utama dari tulisan diatas hanyalah sebagai prolog dan sebagai gambaran seperti apa yang ingin saya bahas disini lebih dalam. Makanya kalo membaca jangan setengah-setengah, ntar tidak nyampai maksud dan tujuan dari tulisannya. ^_^

Jika memang diperkotaan kesempatan kita sangat kecil sebab persaingan sudah begitu ketat dan butuh modal besar untuk bisa muncul dipermukaan mengalahkan yang sudah ada, cobalah untuk mencoba yang satu ini.
Entrepreneur Desa, apaan tuh?

Entrepreneur Desa atau Wirausahawan Desa penjelasannya singkat saja yaitu orang yang berwirausaha didesa dengan memanfaatkan, mengelola, menggali dan mengembangkan potensi alam yang ada di desa. Itu adalah secara pengertian, lalu dalam penerapannya seorang Wirausahawan Desa ini adalah orang yang memiliki pemandangan terbuka, wawasan yang luas dan pemikiran yang cerdas, dan kreatif tentang bagaimana mengelola desa menjadi Sentra Bisnis bagi warga masyarakatnya.

Istilah Entrepreneur Desa ini adalah bagian dari hal yang pokok dan utama dari langkah awal mengembangkan Perekonomian berbasis desa. Hal yang utama yang saya maksud adalah membangun Desa Entrepreneur, mungkin anda kembali saya buat bingung apa sih Desa Entrepreneur? Desa Entrepreneur ini adalah desa yang mana masyarakatnya berprofesi sebagai wirausahawan. Dan menjadikan wirausaha sebagai mata pencaharian utama masyarakat setempat.

Konsep pengembangan Desa Entrepreneur saat ini sedang dicetuskan di Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat oleh sahabat saya Mahasiswa Universitas Tanjungpura Syafariah Dewi Lestari. Menurut beliau dengan adanya konsep Desa Entrepreneur ini, diharapkan akan tumbuh jiwa-jiwa wirausaha dari masyarakat desa untuk menggarap potensi yang ada didesa mereka dan menjadikan desa sebagai pusat Sentra Bisnis.

Sekarang apakah anda sudah terkoneksi dengan apa yang saya maksud?

Tulisan ini adalah langkah awal pendewasaan masyarakat kita tentang pentingnya menumbuhkan jiwa Entrepreneurship bagi masyarakat Indonesia. Dengan adanya jiwa Entrepreneurship pada diri seseorang, ia tidak akan bingung kemana harus mencari sumber penghidupan karena ia yakin dengan kerja keras, do’a, usaha dan tawakal kesuksesan merupakan sesuatu yang sudah dijanjikan Tuhan. Ingatlah:
“Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, selama kaum tersebut tidak berupaya merubah nasibnya sendiri”

***

Untuk saudaraku sebangsa dan setanah air, yang hari ini sedang menyusun rencana akan berangkat keluar negeri untuk menjadi TKI, marilah sedikit-demi sedikit kita ubah maksud dan tujuan kita keluar negeri. Jika yang sebelumnya kita bertujuan hanya untuk menjadi pembantu atau pekerja keras diluar sana, mulai saat ini mari kita susun konsep bahwasannya cukup paling lama satu bulan saya menjadi pembantu disana sekedar mendapat penginapan gratis selebihnya jadilah pelopor Pergerakan Rakyat Indonesia Di Luar Negeri. Jadilah orang pertama yang mencetuskan “Akulah Wirausahawan Indonesia di Luar Negeri”

Begitu juga untuk saudaraku yang belum punya niat untuk menjadi TKI, atau belum berkesempatan untuk berangkat menjadi TKI dan juga untuk saudaraku yang pernah merasakan hiruk pikuk hidup di negeri orang dengan segala keterbatasan. Marilah bersama-sama kita menumbuhkan semangat nasionalisme, semangat berjuang, pantang menyerah, dan semangat berinovasi untuk Negeri. Cukup sudah kita menjadi beban subsidi bagi bangsa ini, kita punya hasil alam yang melimpah kenapa tidak kita kelola? Kita punya Sumber Daya Manusia yang melimpah, kenapa tidak kita kelola?

Disini saya hanya bisa menawarkan sebuah Gagasan untuk Membangun Desa Entrepreneur. Menurut saya konsep ini cukup bagus untuk dikembangkan di Indonesia karena sebagian besar wilayah Indonesia adalah wilayah pedesaan dengan potensi Alam yang melimpah. Ingat, Tuhan sudah berikan Nikmat yang begitu besar untuk bangsa ini, akan sangat disayangkan jika nikmat tersebut tidak kita manfaatkan dan justru kita harus meminta-minta. Setiap manusia telah dibekali skil dan keahliannya masing-masing tinggal kita bagaimana mengembangkan keahlian yang kita miliki.

Dengan membangun Desa Entrepreneur ini, diharapkan masyarakat Indonesia yang saat ini berada di perkotaan sebagai pengangguran, tidak memiliki arah dan tujuan hidup bisa difasilitasi oleh pemerintah untuk di transmigrasikan ke pedesaan dan difasilitasi untuk membangun konsep desa Entrepreneur. Kita belajar dari negeri-negeri yang sukses membangun Industri agraris seperti Inggris, mereka bisa kenapa kita tidak. Kita berharap tidak ada lagi yang namanya lahan tidur, semak belukar dan sebagainya. Semua lahan tersebut kita manfaatkan misalnya dengan menanam tebu kemudian di lahan tersebut juga kita bangun industri pengolahan tebu misalnya menjadi gula dan sebagainya dan kemudian diekspor keluar negeri bukankan itu justru sama saja meningkatkan kesejahteraan dan Devisa Negara. Atau kita punya lautan yang luas dengan konsep Desa Entrepreneur pemerintah mempercayakan kepada Pengurusnya untuk disiapkan alat penangkap ikan misalnya kapal dan kemudian kapal tersebut dimanfaatkan, dikelola dan dikembangkan oleh masyarakat bukankah itu lebih bermakna daripada uang negara ini habis untuk menguak kasus-kasus hangat seperti korupsi dan sebagainya? Atau didesa kita bangun wilayah pertambakan udang, bukankah nilai jual udang itu sangat tinggi? Cobalah berinovasi dan berusaha untuk bekerja keras. Jangan menunggu lowongan pekerjaan dari orang lain, tapi kitalah yang menciptakan lowongan pekerjaan tersebut. Dan ingat menjadi pengusaha tidak harus kerja di kantor atau duduk manis di meja direktur.

Saya juga berharap ada apresiasi dari pemerintah juga Lembaga Buruh Migran Indonesia untuk mendukung inovasi membangun Desa Entrepreneur ini. Sebab semua ini tidak akan bisa berjalan searah dengan maksud dan tujuan tanpa ada yang mengatur dan mengarahkan. Jika saya berada di desa yang bersangkutan bisa jadi secara langsung saya berjuang bersama masyarakat setempat tapi rasanya itu tidak memungkinkan. Saat ini saya baru mencoba di kampung halaman saya di Desa Sungai Bemban Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya yang insya Allah dalam waktu dekan program ini akan kita laksanakan. Untuk itu dukungan dari pemerintah akan sangat dibutuhkan, terutama dari segi infrastruktur demi kelancaran usaha ini.
Dan melalui tulisan ini saya ingin mengubah stigma yang berkembang dimasyarakat bahwasannya hidup didesa jauh dari kesejahteraan kita buang jauh-jauh stigma tersebut dan kita ganti menjadi “Aku Bangga Menjadi Orang Desa, Sebab Desaku Istimewa”
Silahkan di klik link Aku Bangga Menjadi Orang Desa, Sebab Desaku Istimewa, itu juga merupakan salah satu tulisan saya, tujuannya adalah guna menumbuhkan semangat Entrepreneurship masyarakat desa bahwasannya mereka juga bisa sukses tanpa harus hijrah ke kota atau keluar negeri.

1 komentar: